Senin, 08 September 2014

TAK SELAMANYA PUTIH AKAN PUTIH

PEREMPUANitu duduk tegak dimeja kerja, berpandang lurus seperti garis khatulistiwa. Bahkania menghiraukan situasi sekitarnya. Dia asyik dalam dunianya. Hening menunggubalas mention datang ketika itu. Itulah yang ia kerjakan setelah melakukankegiatannya.
“Akhpenat, tak adakah yang lebih asyik selain dumay ku??, penuh tipu tapi takapalah itu sedikit bisa membuat otakku lebih baik” sambil menaruh jas hitamdimeja kerjanya.
Seorangibu-ibu datang menghampirinya.
“Sudahmandikah? Jangan lupa akan pekerjaanmu anakku” ujarnya.
“Iyabu, “ jawabku setengah lemas.
“Iyaiya tapi tidak kamu jalankan, ingat anakku duniamu tak seperti para remajalain,” ujarnya sambil mengecup kening anaknya.
“Iyabu..”
Siapayang bilang dunia ku sama seperti yang lain, orang aku berbeda. AKH si mamah!! Masaremaja ku hilang, selalu bekerja-bekerja disaat usiaku belum dewasa. Hanya dumaymungkin yang mengerti aku. Meski tidak nyata seperti aku berbisik padasemut-semut kecil. Ujarku setengah kesal ketika itu.
Yangjauh bisa menjadi dekat, yang dekat bisa menjadi jauh. DUMAY!. Yah sebuahsitus-situs online yang membuatku hampir menghilangkanku dalam duniaku, hampir setengahliburku kadang habis dengan menatap laptopku.
Tubuhku tetap sepi, tertelungkup dengan rambut panjang tergerai masai. Satu duaorang kemudian tergerak menghampiri situs mediaku, lantas diikuti yang lain,lalu ku angkat tubuhku ke salah satu bilik balai dan merebahkannya ke ataskasur tipis.
“Akhhidupnya seperti ini tidak ada warna dalam kehidupanku” ujarnya dalam homemilikku.
“Agarlebih berwarna, lebih baik berkarya” sautku ketika itu tersenyum.
“Akhdramaku, tidak ada yang mau latian” sebuah TL miliknya.
“MauNaskahku” senyumku.
Akhdari pada twitter ku sepi tak apalah mention punya orang lain. Ujar setengahberbisik. Tak kusangka ia membalas dengan sebuah senyum. Entah tanpa akufikirkan mau itu senyum palsu atau tidak toh ini dunia palsu. Terucap jelasdari bibir ku ketika itu.
Lambatlaut serperti air yang mengalir, hujan deras membasahi pipi, hawa dingin masukdalam pori-pori tubuh semua berjalan seperti sebuah skema yang terskenario. Diadekat denganku. Bahkan sanggat dekat seperti dapat tersentuh oleh jemari-jemariku.
Merasa nyaman, merasatenang bila sedang ada bersamanya, seperti ia dekat disampingku. Akh sebenarnyaitu hanya sebuah ilusi kosong. Tapi semau seperti nyata dalam diriku. Apa ini? Apaini? Tanyaku.

Otakpanas seperti terbakar oleh api yang besar, tak terkontrol oleh sebuah emosiyang meledak bagai luapan gunung-gunung meletus. Merasa nyaman dalam dunia baruku yang seperti nyata. Ku tinggalkan sambil ku berfikir jangan sampai iamencintaiku karena dunia nyataku. Yang kubuat hanyalah ia mencintaiku denganseperti remaja-remaja lainya. Bukan hanya sekedar namaku.
“Kaumilikku??” tanyaku.
“BiarTuhan menjelaskan” ujarnya tersenyum.
Terlintasdalam balasan mention ku berfikir, nyata atau tidaknya seseorang tergantungpada apa yang aku fikirkan, sebuah ketulusan akan terbayar manis. Karena akuterlanjur menyayanginya. Bisa ku bilang cinta dalam dunia mayaku.


karya _ ade sri hayati
kamar penaku, 27 april 2014
13.19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar